Senin, 04 Mei 2009

Humor Firman Tuhan...........

Seorang guru Sekolah Minggu bertanya kepada murid-muridnya, "Apakah firman Tuhan yang saya ajarkan selama ini sudah dimengerti semua?"
Murid-murid menjawab, "Sudah, Bu guru!"
Lalu Ibu Guru melanjutkan, "Kalau begitu, minggu depan kalian akan dites oleh Kepala Pendeta. Apakah sudah siap?"
Murid-murid menjawab, "Siaaap Bu Guru!"
Maka minggu berikutnya Kepala Pendeta datang ke kelas dan berkata kepada si Ibu Guru, "Bu, hari ini merupakan evaluasi pelajaran firman Tuhan yang selama ini Ibu ajarkan. Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid-murid" .
Si Ibu Guru menjawab (dengan berharap si Kepala Pendeta memujinya)," Bapak bisa lihat sendiri kalau murid-murid saya pandai-pandai semuanya".
Kemudian Kepala Pendeta bertanya kepada murid-murid, "Apakah kita boleh mencuri?"
Murid-murid menjawab, "Tidak boleh, Pak, sebab dilarang di dalam Hukum Taurat!"
Si Ibu Guru senyum-senyum senang.
Lalu si Kepala Pendeta melanjutkan, "Apakah kita boleh membunuh?"
Murid-murid menjawab, "Tidak boleh Pak, sebab itu juga dilarang didalam Hukum Taurat!"

Si Ibu Guru semakin bersemangat tersenyum.
Kepala Pendeta semakin penasaran dan bertanya lagi, "Nah, sekarang kalau kalian punya kucing di rumah lalu buntutnya kalian potong, berdosa nggak kalian?"
Mendapat pertanyaan seperti itu, murid-muridnya berpikir keras karena buntut kucing yang dipotong bukan berarti mencuri dan kucingnya tidak mati berarti tidak membunuh. Kelas menjadi hening ...Tiba-tiba salah satu murid berdiri dan menjawab dengan suara nyaring,"Berdosa, Pak!"
Si Kepala Pendeta bertanya, "Kenapa menurut kamu berdosa?"
Si murid menjawab, "Sebab di dalam Matius 19:6 tertulis, 'Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Sebab apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia'!"



{Keterangan Pendeta Den Vincent: Ayat Matius 19:6 dalam konteks perceraian/perkawinan, dipakai untuk „meluruskan arti“ agar tidak membolehkan seenaknya memotong buntut kucing. Sedangkan makna yang sebenarnya “apakah memotong buntut kucing” itu berdosa?” tidak ada jawaban yang bener atau salah. Karena “maunya si tokoh” menyatakan memotong buntut itu salah, maka dipakailah ayat itu. Dengan menyatakan bahwa memotong buntut kucing itu berdosa, sesuai dengan naluri, maka semua merasa happy-happy. Sedangkan sebenarnya tak ada seorangpun yang bisa memastikan bahwa memotong buntut kucing itu “salah” atau “tidak salah” (tergantung tujuan dan konteksnya), apalagi kok bicara dosa atau tidak dosa. Antara bersalah dan berdosa saja bedanya selangit. Kita bersalah melanggar rambu lalu lintas, apakah kita berdosa?....... Kita salah jalan buntu, apakah berdosa?}


Aleikhem Shalom,
Pendeta Den Vincent bin Secapramana