Selasa, 28 April 2009

Tukang Cuci dan Peminta-minta

Sabtu tgl 28 juni 2008 setelah pulang kerja, diperempatan lampu merah saya di datangi seorang anak sekitar umur 4 tahun. Sambil menggendong adiknya, di meminta uang pada saya Saya langsung teringat dengan putri saya dirumah.Jangankan main dipinggir di jalan, lewat pagar sedikit saja saya sudah cemas takut sesuatu yang buruk menimpanya. Dari jauh disudut yang berbeda saya melihat seorang wanita sedang duduk dibawah pohon di dekat lampu merah tersebut. Ibu anak itukah kemana suaminya???… kenapa tega sekali membiarkan buah hatinya meminta-minta dilampu merah sedangkan dia duduk duduk disitu. Saya menatap anak tsb cukup lama dan sempat membuat mereka bingung… Lampu hijau menyadarkan saya dan saya pun melaju dengan membawa sejuta pertanyaan dikepala saya.

Dalam kehidupan sekarang, tentu itu bukan hal yang asing lagi.Demi perut orang sanggup melakukan hal yang dianggap nista sekalipun.Istri dijual suami, ibu menjual anak dan yang satu ini mengajarkan anak untuk mengemis alias meminta-minta. Lalu hanya sebatas perutkah nilai kehormatan kehidupan ini ?

Sesampai saya dirumah, langsung saya peluk erat putri tercinta saya. Dalam hati saya berjanji saya akan membahagiakannya apapun kondisinya.Harapan ini mengingatkan saya pada ucapan seorang wanita tetangga saya yang tidak bersuami lagi. Ia mencari nafkah dengan mencuci dan menggosok pakaian. Ia membesarkan 3 orang anaknya dengan tangannya sendiri. Ketika suaminya meninggal anak nya masih sangat kecil kecil, tapi dia tidak pernah mengizinkan anaknya mencari uang hanya untuk membantu dia, karena bagi dia adalah kewajiban orang tua untuk menafkahi dan mendidik anaknya dalam apapun kondisinya sampai dia cukup usianya. Sang ibu berkata yang terpenting dalam hidup adalah menyiapkan bekal kepada anak untuk kehidupan setelah hidup ( kehidupan setelah kematian ). Anak anak harus dibekali ahlaq dan pengetahuan agama sejak dini. Dengan bekal itu tanpa di minta mereka akan mengerti bagaimana menjalani hidup dan menjadi anak yang bertanggung jawab. Hidup bukan hanya makan, tetapi dalam kehidupan perlu keberkahan. Jangan hanya kerena untuk urusan perut kita melupakan kewajiban kita sebagai orang tua . Soal rezeki semua sudah ada yang mengatur karena ayam saja dikasih rezeki oleh Tuhan. Selain itu Hidup adalah pilihan. Hidup adalah perjuangan. Hidup adalah masalah, dan masalah terbesar kita adalah apa yang kita lakukan atas nikmat hidup itu. Hidup di dunia hanya sekali dan tidak akan diulangi. Hidup sesungguhnya adalah di akhirat, dimana disanalah usaha-usaha yang kita lakukan selama hidup di dunia dipertanggungjawabk an.

……. dan kehidupan akhirat itu adalah kehidupan yang ABADI ……

Sang ibu kini tidak lagi bekerja.. ketiga anaknya lah yang menanggung kehidupannya. Anak-anak nya bukanlah orang berada atau kaya, tapi dapat dilihat ada rasa tanggung jawab yang tinggi . Tawadhu,keteduhan dan kasih sayang yang mendalam terpancar dan terjalin diantaranya.

Ibu yang tukang cuci sudah merasakan jerih payahnya dalam menyiapkan bekal untuk anak-anaknya selama ini... lalu bagaimana dengan ibu yang mengajarkan anaknya meminta-minta ???? Apa yang akan dia dapatkan nanti.. Hanya Tuhan yang tahu.....

Semoga kita semua adalah para ibu ( orangtua ) yang membekali anak dengan pedoman yang sama seperti yang telah dilakukan ibu Si Tukang Cuci…. Amiin.